FILM DOKUMENTER
Di
daerah-daerah, secara kuantitatif lebih banyak pegiat film yang membuat film
cerita ketimbang film dokumenter. Hal ini mudah dipahami, karena konsep film
cerita sangat identik dengan konsep dongeng yang “secara otomatis” ada di
setiap kepala orang. Dapat dikatakan bahwa bagi para filmmaker pemula lebih
mudah membuat film cerita ketimbang film dokumenter. Ya, dokumenter itu
“ribet”, perlu riset segala macam. Tapi sesungguhnya membuat film dokumenter
itu memiliki keasyikan tersendiri. Asal jangan salah tafsir terhadap konsep
dokumenter.
DOCUMENTARY
/ DOKUMENTER. Film yang mendokumentasikan cerita nyata, dilakukan pada lokasi
yang sesungguhnya. Juga sebuah gaya dalam memfilmkan dengan efek realitas yang
diciptakan dengan cara penggunaan kamera, suara, dan lokasi. Selain mengandung
fakta, film dokumenter juga mengandung subjektivitas pembuatnya, yakni sikap
atau opini pribadi terhadap suatu peristiwa. Karena itu, film dokumenter bisa
menjadi wahana untuk mengungkapkan realitas dan menstimulasi perubahan.
Kekhasan
film dokumenter adalah posisinya yang mengkombinasikan dua hal: sains dan seni.
Dengan kata lain, film dokumenter adalah “fakta yang disusun secara artistik”,
mengungkapkan berbagai kondisi dan masalah manusia. Hasilnya kadang terasa
kontroversial, karena kebanyakan yang diungkap adalah masalah-masalah yang tak
terpecahkan. Film dokumenter adalah ekspresi perjuangan manusia untuk memahami
dan memperbaiki diri sendiri.
Tahun 1920
merupakan periode penting bagi pemikiran film dokumenter. Istilah ini dipopulerkan
oleh John Grierson (Inggris) untuk menyebut karya Robert Flaherty (AS) berjudul
Moana (1926). Grierson kemudian mengembangkan tradisi pembuatan film dokumenter
di lnggris dan Kanada dengan menyebut film dokumenter sebagai perlakuan kreatif
atas sebuah peristiwa. Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua
film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Genre
film ini semakin berkembang dan mampu meraih sukses di bioskop-bioskop melalui
film-film seperti Super Size Me (Morgan Spurlock, 2004), March of the Penguins
(Luc Jacquet, 2005) dan An Inconvenient Truth (Davis Guggenheim, 2006). Apabila
dibandingkan dengan film drama naratif, film dokumenter biasanya dibuat dengan
anggaran yang jauh lebih murah.
Kamera video
digital dan editing komputer telah memberi sumbangan besar pada para sineas
dokumenter. Film pertama yang dibuat dengan berbagai kemudahan fasilitas ini
adalah dokumenter karya Martin Kunert dan Eric Manes, Voices of Iraq. Sebanyak
150 buah kamera DV dikirim ke Iraq sepanjang perang dan dibagikan kepada warga
Irak untuk merekam diri mereka sendiri.
DOCUDRAMA.
1. Dari istilah documentary drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau
drama televisi yang mengangkat cerita berdasarkan kisah nyata. 2. Genre film
dokumenter yang beberapa bagian filmnya disutradarai atau diatur terlebih
dahulu dengan perencanaan yang mendetail. Dokudrama muncul sebagai jawaban atas
permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang
sudah ataupun belum pernah terjadi. Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita
demi tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun
demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama
biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan.
Catatan:
- Definisi dua istilah tersebut
dikutip dari Kamus Istilah Televisi dan Film (Gramedia), karya Ilham
Zoebazary, dosen Prodi Televisi & Film (PSTF) Fak. Sastra Univ. Jember
– Jawa Timur.
- Sesungguhnya membuat film
dokumenter tidak semudah yang disangka orang. Proses yang dilakukan, mulai
dari pra-produksi, produksi, hingga pasca-produksi sangat berbeda
karakternya dengan ketika kita mengerjakan film cerita. Jika film cerita
sepenuhnya bersifat fiktif (meskipun ide cerita bisa saja berasal dari
kisah nyata), sebaliknya film dokumenter bersifat non-fiktif, alias nyata
senyata-nyatanya. Dalam film dokumenter, kehadiran seorang sutradara
adalah pada posisi estetis. Sutradara menjadikan realitas di hadapannya
sebagai “raw material” (bahan mentah) yang klemudian diolahnya menjadi
produk seni yang penuh estetika. Dengan demikian suatu peristiwa yang
benar-benar ada “diartikulasikan” oleh sutradara sehingga menjadi pesan
yang disampaikan pada para pemirsa.
- Sutradara film dokumenter
menjadikan suatu peristiwa keseharian menjadi “mitos”. Artinya, peristiwa
keseharian tersebut berubah menjadi “peristiwa baru” yang disuguhkan oleh
sang sutradara. Apa yang menjadikannya sebagai peristiwa baru adalah:
sudut pandang sutradara, kepekaan sutradara dalam memilih elemen-elemen
cerita / peristiwa, kemampuan teknis para anggota / kru produksi.
- Film/video dokumenter sangat
berbeda dengan film/video dokumentasi. Yang terakhir ini tidak ada
sangkut-pautnya dengan sudut pandang (dan ideologi) sutradara, karena isi
dokumentasi hanya kumpulan gambar yang disusun sedemikian rupa sesuai
dengan selera pembuatnya. Film/video dokumenter tidak membawa pesan apa
pun kecuali kenangan atau ingatan atas sebuah peristiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar