PENGETAHUAN
DASAR FOTOGRAFI
-
Resolusi Kamera
Kamera Digital memiliki sensor berjenis CCD atau CMOS untuk
menangkap gambar dalam bentuk pixel
(titik). Semakin banyak pixel yang tertangkap, semakin detil gambar yang
dihasilkan. Pada camera foto DSLR yang ada dipasaran, resolusi paling kecil
adalah 6 MP (Mega Pixel) dan pada
camera digital saku (pocket), paling sederhana biasanya memiliki resolusi 1,3 MP yang mampu mencetak foto
berukuran 4R, ukuran ini cukup untuk foto dokumentasi keluarga.
Resolusi 1,3 MP didapat dari perhitungan pixel gambar yang mampu dihasilkan yaitu:
1280x960. sedangkan 2 MP dihasilkan dari perhitungan 1600x12000. angka ini
merupakan banyaknya titik yang ada dalam gambar/foto. Misalnya, foto yang
beresolusi 2 MP, berarti ada 1600 titik horizontal dan 1200 titik di bidang
vertical.
-
Optikal dan Digital Zoom
Kamera Digital umumnya memiliki fasilitas optikal zoom dan digital
zoom yang berfungsi untuk memperbesar objek bidik. Perbesaran gambar secara
optikal zoom berbeda dengan pembesaran secara digital zoom. Fungsi optikal zoom
adalah memperbesar gambar objek tanpa mengurangi kualitas foto. Sedangkan
digital zoom, memperbesar objek dengan melakukan pemotongan pada gambar
sehingga kualitas gambar menjadi rendah dengan tampilan yang besar, hasil foto
ini terkesan kasar dan tidak tajam (noise).
-
Shutter Speed
Shutter
Speed/kecepatan rana
adalah kecepatan membekukan atau menangkap objek pada kamera. Besarnya
kecepatan akan berpengaruh terhadap cahaya yang di hasilkan. Semakin rendah
kecepatan yang digunakan, cahaya yang didapat akan semakin terang. Demikian
sebaliknya, jika menggunakan kecepatan tinggi, cahaya yang didapat cenderung
gelap.
Pengaturan shutter
speed juga digunakan untuk memotret objek bergerak dengan kecepatan tinggi,
misalnya memotret orang sedang bersepeda. Kecepatan objek yang bergerak harus
diikuti kecepatan/shutter speed yang
tinggi agar hasilnya tidak blur/buram. Jika pengaturan shutter speed tepat, gambar objek yang bergerak akan focus dan
detail.
-
Aperture
Dalam fotografi, Aperture
adalah besarnya bukaan diafragma yang
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera. Secara awam, aperture dapat dimisalkan seperti lampu
yang dapat diatur volume gelap terangnya. Jika volume lampu dinaikkan, hasil
foto akan terang. Sebaliknya, jika volume lampu diturunkan, hasil foto akan
cenderung gelap.
Bagaimana cara mengatur kebutuhan diafragma dengan menentukan nilai f-stop? Semua sangat tergantung pada
kondisi cahaya saat memotret. Jika memotret saat kondisi cahaya terang
benderang, maka dibutuhkan diafragma kecil, misalnya f/8 atau f/11. akan
tetapi, jika saat memotret kondisi cahaya kurang cerah, berarti diafragma yang
dibutuhkan cukup besar, misalnya f/3,5 atau f/4. Prinsipnya, pengaturan
diafragma adalah semakin kecil nilai f-stop,
maka semakin besar bukaannya. Sehingga cahaya yang masuk semakin banyak.
Demikian sebaliknya, semakin besar nilai f-stop
maka semakin kecil bukaannya, dan caya yang masuk menjadi berkurang.
MENGENAL
FITUR / SETTING PADA KAMERA DIGITAL
Sebelum kita belajar tentang fotografi digital ada baiknya kita
mengenal lebih dahulu fitur/fungsi/mode yang ada pada kamera digital, hampir
semua jenis kamera digital sekarang dilengkapi dengan mode dan mode itu sendiri
dibagi menjadi AUTO mode, SEMI AUTO mode dan FULLY MANUAL mode. Dibawah ini akan dijelaskan fungsi dari mode
yang ada:
AUTOMATIC MODES
AUTOMATIC MODES
- AUTO MODE
Dengan mode ini ketika kamera diarahkan ke objek yang akan kita ambil, kamera secara otomatis akan memilih shutter speed (kecepatan buka tutup rana), aperture (diagfragma/besar kecil bukaan rana), ISO (sensitivitas image sensor terhadap cahaya), white balance, fokus, dan flash yang sesua untuk mengambil gambar yang dimaksud. Biasanya dengan mode ini akan menghasilkan gambar yang bagus dalam situasi apapun.
Tapi perlu diingat dengan auto mode kamera kadang tidak bisa secara otomatis menghasilkan gambar seperti apa yang kita mau, maka dari itu ditambah beberapa mode/fungsi yang ada di auto mode.
- PORTRAIT MODE :
Ketika akan mengambil objek gambar secara close-up, pindahkan settingan pada
kamera digital pada portrait mode. Secara
otomatis pada portrait mode, kamera akan memilih large aperture (bukaan rana besar), yang artinya objek utama dari
gambar kita akan fokus sedangkan background
menjadi out of focus/blur.
Untuk menghasilkan gambar yang bagus dengan
menggunakan portrait mode, kita harus
dekat dengan objek yang akan kita ambil baik dengan cara zoom atau mendekat ke objek tersebut, sebagai contoh apabila kita
akan mengambil gambar close-up
seseorang, cukup ambil gambar dari wajah sampai sebatas pundak,maka nanti
hasilnya wajah akan fokus dan background menjadi out of focus/blur.
- MACRO MODE :
Hampir sama dengan portrait mode, tetapi pada macro mode ini lebih cocok untuk mengambil objek foto yang ukurannya kecil seperti bunga, serangga atau benda-benda kecil lainnya. Setiap kamera digital mempunyai kemampuan macro yang berbeda termasuk perbedaan jarak fokus juga (rata-rata jarak fokus untuk kamera point and shoot adalah 2-10cm).
Untuk mengambil gambar macro diperlukan kestabilan dalam memegang kamera karena apabila bergerak sedikit dari jarak fokus maka gambar yang dihasilkan akan out of focus. Maka biasanya untuk pengambilan makro diperlukan bantuan tripod, dan sebagai tambahan built in flash tidak disarankan,karena hasilnya gambar akan over exposure/terlalu terang.
- LANDSCAPE MODE :
Apabila pada portrait mode dan macro mode kamera akan
memilih large aperture, maka pada landscape mode kamera akan memilih small
aperture yang artinya gambar yang kita ambil akan fokus dari depan (foreground) hingga belakang (background) atau dalam kata lain semua
gambar yang kiat ambil akan terlihat tajam. Sangat cocok untuk mengambil gambar
pemandangan yang luas.
- SPORTS MODE :
Sports mode/action mode ini dirancang untuk mengambil objek gambar yang bergerak, sepertiorang sedang berlari, balap mobil atau benda-benda yang bergerak lainnya.
Tujuan dari sports mode adalah membuat gambar objek yang bergerak tertangkap dengan tajam (freeze the action), bisa kita coba untuk mengambil gambar orang yang sedang melompat.
- NIGHT MODE :
Night mode difungsikan untuk pengambilan gambar pada situasi pencahayan yang rendah, biasanya pada malam hari, dan diperlukan kestabilan kamera pada waktu menggunakan night mode karena apabila terjadi gerakan sedikit saja maka gambar yang dihasilkan akan blur.
SEMI AUTOMATIC MODE
Apabila dalam auto mode, kamera akan berpikir sendiri dan menentukan setting dengan sendirinya sesuai dengan keadaan cahaya disekelilingnya maka dengan setting semi auto/semi manual, kita yang akan menentukan setting dan selebihnya kamera akan menyesuaikan settingan kita dengan keadaan cahaya yanga ada. Berikut adalah mode yang ada di semi automatic mode :
- APERTURE PRIRORITY MODE (A atau AV)
Pada mode ini kita akan memilih besar kecilnya bukaan diagfragma/rana pada lensa dan kamera akan menyesuaikan settingan ISO dan shutter speed dengan sendirinya. Bukaan diafragma/rana pada display kamera adalah f/number, contoh f/4.0, f/4.5, f/5.0 dst sampai f/32.
Semakin kecil angka pada f/number berarti semakin besar bukaan pada difragma lensa (apabila kita memilih f/number kecil artinya kita akan mendapatkan area fokus yang kecil juga, contoh untuk foto close up atau makro, karena kita hanya ingin fokus pada wajah saja dan background menjadi blur)
Semakin besar angka pada f/number berarti semakin kecil bukaan pada diafragma lensa (dengan diafragma kecil berarti kita akan menghasilkan gambar yang fokus dari depan hingga belakang,contoh foto pemandangan).
- SHUTTER PRIORITY MODE (S atau TV)
Shutter Priority hampir sama dengan aperture priority, bedanya disini kita memilih speed/kecepatan tutup rana dan kamera akan menyesuaikan settingan aperture, ISO secara otomatis. Shutter priority pada display kamera akan ditampilkan dengan angka yang mewakili speed yang kita pilih,contoh 1/400" ,1/250",1/100",1/60",1/30" dst hingga 30".
Apabila kita akan mengambil objek gambar yang bergerak dan ingin membuat objek menjadi "freeze" atau diam maka kita gunakan speed yang tinggi (fast shutter speed).
Slow shutter speed biasanya digunakan pada keadaan dimana cahaya disekitar kita kurang (gelap), slow shutter speed juga bisa digunakan untuk membuat efek blur pada objek yang bergerak, contoh air terjun jika kita ambil dengan menggunakan slow shutter speed (antara 1/5" sampai 1/15") maka air akan kelihatan putih seperti kapas.
Catatan:
jika kita menggunakan speed rendah, maka diperlukan kestabilan dalam memegang kamera atau gunakanlah tripod agar kamera tidak bergerak, karena gerakan sedikit pada speed rendah akan menghasilkan gambar yang out of focus.
- PROGRAM MODE (P)
Biasa juga disebut dengan Program AE (Program Auto Exposure/program pencahayaan otomatis). fungsinya hampir sama dengan fully automatic tetapi disini kita bisa mengatur white balance, flash, ISO dll secara manual.
- AUTO DEPHT-OF FIELD (A-DEP)
Dengan menggunakan mode ini objek gambar dari depan hingga belakang akan fokus dengan sendirinya, dengan menekan setengah pada shutter kita bisa mengendalikan fokus sesuai keinginan kita.
FULLY MANUAL MODE
MANUAL MODE (M)
Dengan menggunakan manual mode kita dengan bebas mengontrol settingan sesuai dengan kemauan kita, tapi perlu diingat bahwa kita perlu berpikir dalam menggunakan shutter speed, aperture, ISO, WB, flash dan lain-lain untuk menghasilkan gambar yang pencahayaannya cukup, tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang. Untuk menggunakan mode manual ini diperlukan latihan dan kebiasaan dalam mengontrol kamera.
Selamat bereksperimen dengan kamera digital anda, tentukan mode mana yang paling sering atau cocok untuk anda, dan jangan ragu untuk selalu mencoba dan bereksperimen dengan mode yang ada di kamera anda.
ISO Setting
Di dalam kamera digital terdapat ISO
setting, lalu apa sebenarnya ISO
itu sendiri?
Saya akan mengajak kembali ke masa dimana kita menggunakan kamera film, pada saat kita akan membeli film, pasti penjual akan bertanya: mo pake ASA berapa?"
Nah jadi sebenarnya ISO dan ASA adalah sama, ISO adalah istilah Internasional sedangkan ASA adalah istilah Jepang, dan ada lagi DIN kalo yang ini adalah istilah Eropa.
Saya akan mengajak kembali ke masa dimana kita menggunakan kamera film, pada saat kita akan membeli film, pasti penjual akan bertanya: mo pake ASA berapa?"
Nah jadi sebenarnya ISO dan ASA adalah sama, ISO adalah istilah Internasional sedangkan ASA adalah istilah Jepang, dan ada lagi DIN kalo yang ini adalah istilah Eropa.
ISO dalam fotografi yang
masih menggunakan film berarti kadar kepekaan film terhadap cahaya. Kalo dalam
dunia fotografi digital yang mana tidak menggunakan film lagi, maka ISO adalah kadar kepekaan sensor gambar
terhadap cahaya. Kadar kepekaan/sensitifitas sensor gambar ini diwakili dengan
angka,contoh: ISO 100, ISO 200, ISO 400,
dst...
Seperti
diterangkan diatas bahwa ISO adalah
kadar/ukuran kepekaan sensor gambar terhadap cahaya, maka semakin besar angka
pada ISO maka semakin peka pula
sensor gambar terhadap cahaya. Kepekaan sensor gambar diartikan sebagai
kekuatan sensor untuk menyerap cahaya, jadi semakin peka maka semakin kuat
sensor menyerap cahaya.
Jadi
kesimpulannya apabila cahaya disekeliling mencukupi gunakanlah ISO rendah, karena
cahaya sudah cukup maka tidak diperlukan kekuatan untuk menyerap cahaya dari
sensor gambar, tetapi apabila cahaya disekeliling redup atau gelap maka
gunakanlah ISO tinggi karena sensor gambar memerlukan kekuatan untuk menyerap
cahaya.
Petunjuk
pemakaian ISO setting:
1.ISO rendah
Yang termasuk
dalam rentang ISO rendah adalah ISO 25 - ISO 200, pada rentang ISO rendah ini sangat cocok untuk untuk
situasi outdoor dengan sinar matahari yang terang dari pagi sampai siang.
2.ISO sedang
Rentang ISO sedang yaitu ISO 400 - ISO 800, baik digunakan untuk outdoor pada sore hari atau dalam keadaan mendung.
3.ISO tinggi
ISO tinggi digunakan untuk
pemotretan dalam keadaan cahaya gelap, yang termasuk dalam ISO tinggi adalah ISO 1600
keatas.
Faktor-faktor
yang akan mempengaruhi kita dan bisa kita jadikan bahan pertimbangan untuk
mengganti ISO setting pada saat kita
akan mengambil gambar. Ada
beberapa pertimbangan yang harus kita perhatikan sebelum mengganti ISO setting, dan beberapa pertimbangan
itu adalah :
1.Cahaya ==> seberapa terang cahaya yang
menyinari objek
2.Noise ==> apakah kita ingin gambar dengan noise atau tidak
3.Tripod ==> bawa tripod atau tidak
4.Objek bergerak atau diam ==> apakah objek
yang kita foto bergerak atau diam
Ke-empat faktor diatas perlu kita pertimbangkan apabila akan mengubah ISO setting, karena dengan mengubah ISO setting maka juga akan berpengaruh
pada kecepatan shutter speed dan
besar kecilnya aperture pada kamera, yang
nantinya juga mempengaruhi hasil dari foto yang kita ambil. Biar lebih jelas
penjabaran satu-persatu keempat faktor diatas adalah :
1.Cahaya
Seperti kita ketahui peranan cahaya dalam
fotografi sangat berati sekali, itupun juga berpengaruh pada ISO setting. apabila cahaya cukup maka
kita gunakan ISO kecil dan apabila
cahaya tidak mencukupi maka gunakanlah ISO
tinggi agar sensor gambar peka sehingga bisa menyerap cahaya dengan cepat. Tetapi
konsekuensi dari penggunaan ISO
tinggi hasil gambar akan terlihal noise.
2.Noise
Diatas diterangkan apabila kita menggunakan ISO
tinggi maka hasil gambar akan noise, hal itu dikarenakan sensor gambar dipaksa
untuk menyerap cahaya secara cepat pada kondisi pencahayaan yang rendah
(gelap). Apabila kondisi cahaya gelap dan kita tidak ingin hasil gambar yang noise maka pilihlah ISO setting yang rendah dengan konsekuensi shutter speed akan menjadi lama menutupnya karena diperlukan waktu
lama bagi sensor gambar dalam menyerap cahaya. Oleh karena itu diperlukan tripod.
3.Tripod
Tripod
berfungsi untuk menopang
kamera agar stabil, pada saat pencahayaan rendah dan kita ingin menghasilkan
foto yang bersih tanpa noise sangat
dibutuhkan tripod, karena dengan ISO rendah dan pencahayaan rendah maka
kitapun harus memilih shutter speed dengan kecepatan rendah, dimana bila shutter speed rendah diperlukan
kestabilan kamera, karena ada gerakan sedikit maka hasil gambar akan blur.
4.Objek bergerak atau diam
Hal ini juga harus diperhatikan, apabila objek yang akan kita ambil
bergerak dan pencahayaan rendah kita harus memilih ISO tinggi agar kita bisa memilih shutter speed yang cepat untuk merekam moment tersebut,contoh :
konser musik dalam gedung
Tetapi apabila
objek diam tidak ada salahnya kita pakai ISO
rendah agar gambar tidak noise tapi perlu
diingat kestabilan kamera.
White
Balance
Apakah itu white balance? Apa fungsi white balance? Kenapa kita harus tahu
bagaimana menggunakan white balance
dalam kamera digital kita?
White
Balance adalah salah satu aspek dalam fotografi
digital yang akan mempengaruhi hasil foto kita. Tetapi pada umumnya, sebagian
dari kita pengguna kamera digital tidak pernah memperhitungkan setting white balance, kita hanya senang bahkan
selalu menggunakan setting auto white
balance. Jadi pada intinya setting
white balance sangat diperlukan untuk mendapatkan warna yang seakurat
mungkin (true colour) pada hasil
foto kita.
White
Balance diartikan sebagai kemampuan kamera dalam membaca/menterjemahkan warna
putih berdasarkan sumber cahaya yang ada. Warna putih yang dibaca oleh
kamera akan mempengaruhi warna-warna lainnya.
Mengapa sumber cahaya mempengaruhi
kemampuan kamera dalam membaca warna putih?
Karena setiap sumber cahaya mempunyai
suhu yang berbeda sehingga bisa mempengaruhi kamera dalam membaca warna putih.
Contoh: sumber cahaya dari lampu neon akan
menghasilkan warna yang kebiru-biruan (cool
colour) pada foto kita, sedangkan sumber cahaya dari lampu
pijar/bohlam menghasilkan gambar yang kemerah-merahan/kekuning-kuningan (warm color) pada hasil foto
kita.
Kita harus mensetting white balance pada kamera kita setiap saat,tergantung dari sumber
cahaya yang kita temui pada saat kita mengambil foto, karena kamera berbeda
dengan mata kita yang bisa secara kasat mata membaca warna putih pada sumber
cahaya yang berbeda-beda. Berikut adalah setting dan fungsi white balance yang ada di kamera digital
pada umumnya:
AUTO :
Sering juga disingkat dengan AWB (Auto White Balance), berfungsi untuk secara otomatis membaca warna putih yang dihasilkan oleh cahaya disekitar.
DAYLIGHT :
Dilambangkan dengan simbol matahari, ideal untuk mengambil gambar outdoor pada saat matahari bersinar terang dan langit biru, karena pada situasi seperti ini warna putih akan terbaca secara kasat mata oleh kamera.
TUNGSTEN :
Simbol dari WB ini adalah lampu bohlam, ideal untuk pemotretan indoor yang sumber cahayanya didomonasi oleh lampu pijar/bohlam yang akan menghasilkan warna kemer-merahan sehingga diperlukan tungsten wb untuk membuat warna lebih sejuk.
FLOURESCENT :
Simbolnya seperti lampu neon, ideal untuk indoor yang sumber cahayanya didominasi oleh lampu neon yang menghasilkan warna yang dingin atau kebiru-biruan, dengan Flourescent WB kita menghangatkan warna yang dingin.
SHADE :
Simbolnya gambar rumah dengan bayangan, apabila kita mengambil objek yang berada dibawah bayang-bayang maka hasilnya kebiru-biruan, maka untuk memunculkan warna yang natural gunakanlah setting Shade WB.
CLOUDY :
Simbolnya gambar awan, apabila pada saat pengambilan gambar suasana berawan warna yang dihasilkan akan pucat, maka untuk meningkatkan warna gunakanlah Cloudy WB
setting.
FLASH :
Simbolnya kilat, jika kita menggunakan flash hasil warna pada gambar akan kebiru-biruan karena cahaya flash sifatnya lembut maka gunakanlah Flash WB untuk menaikkan warna.
Dengan setting-setting WB diatas pada umumnya kita dapat menghasilkan warna yang akurat, tetapi apabila kita kurang puas dengan setting-setting diatas maka kita masih bisa menggunakan setting manual white balance di kamera kita, yaitu dengan mengesetnya pada:
CUSTOM:
Custom WB pada intinya kita mereferensikan warna putih pada kamera digital. Caranya kita bisa menggunakan white/grey card yang memang di desain untuk keperluan ini, atau bisa dengan kertas putih bersih kemudian kita potret kertas putih itu, fokuskan pada titik putih. Setelah gambar kertas putih itu kita ambil dan hasilnya sesuai dengan warna putih maka pergilah ke menu pada kamera digital dan pilih custom WB dan set foto kertas putih tersebut disana. apabila sudah selesai maka kita telah memberikan referensi warna putih pada kamera dan kemudian kamera akan menyesuaikannya dengan warna-warna yang lain.
TEKNIK MEMOTRET
- Komposisi
Mulailah memperhatikan komposisi dalam memotret. Foto yang
dihasilkan dengan mengatur komposisi tentu hasilnya lebih menarik atau eye catching dibandingkan dengan foto
yang tanpa memperhatikan komposisi. Secara sederhana, komposisi adalah cara
menata elemen-elemen dalam gambar. Elemen-elemen ini mencakup garis, bentuk,
warna dan gelap terang. Kita akan mempelajari beberapa teori komposisi dalam
fotografi, adalah:
- POI (Point of Interest)
Sebelum melakukan pemotretan objek, sebaiknya
ditentukan terlebih dahulu apa yang akan ditonjolkan dari foto yang akan
dihasilkan. Cara ini sering disebut dengan point
of interest (POI) sebuah foto.
Cara menonjolkan foto bias dilakukan dengan zoom in, mengatur angle, membuat background blur atau gelap. Proses
POI bias juga dilakukan dengan
bantuan program pengolahan gambar seperti photoshop.
Walau begitu, sebisa mungkin POI didapatkan saat kita memotret. Hal ini melatih perasaan dan kejelian
dalam menentukan POI.
- Aturan Sepertiga Area
Aturan sepertiga area paling sering digunakan sebagai
acuan komposisi foto. Aturan ini bekerja dengan cara penempatan objek foto pada
sepertiga area foto. Dengan penempatan foto di sepertiga area foto, hasil foto
akan lebih enak dilihat (eye catching).
Penempatan objek foto pada bagian-bagian tertentu di area foto akan membentuk
suatu keharmonisan foto.
- Garis dan Prespektif
Garis merupakan salah satu komposisi yang dapat
membuat foto kita lebih menarik. Garis ini tidak harus berupa garis lurus ,
bias juga berupa lengkungan atau kombinasi keduanya. Kadang kita juga harus
jeli dalam menangkap komposisi garis karena kadang tidak jelas terlihat dalam
objek yang akan kita bidik.
- Framing
Yang dimaksud Framing
dalam komposisi adalah bagaimana kita dapat memberikan suatu dimensi ruang pada
objek yang kita potret. Contoh yang paling sering digunakan adalah ketika
memotert gedung atau bangunan dengan latar depan ranting-ranting pohon yang
seolah-olah membentuk frame (bingkai)
di tepi foto sehingga kita bias merasakan jarak antara objek utama dengan
pemotret.
- Pencahayaan ( Exposure )
Di dalam fotografi, pengaturan pencahayaan merupakan kunci
keberhasilan untuk mendapatkan hasil gambar yang diinginkan. Pengaturan
pencahayaan ini sangat berkaitan dengan pengaturan diafragma (aperture) dan kecepatan (shutter speed).
Jika pada kamera jenis DSLR maupun Digital Pocket terdapat fasilitas
shooting mode manual, maka pengaturan diafragma dan kecepatan diatur oleh si
fotografer. Pengaturan pencahayaan dengan shooting
mode manual ini kebutuhan pencahayaan yang di dapat biasanya lebih tepat
dibandingkan dengan pengaturan shooting
mode secara otomatis.
Pengaturan pencahayaan yang benar akan menghasilkan foto-foto yang
bagus. Pemanfaatan cahaya yang cukup cerah, tidak terlalu terik, secara efektif
dapat memperbaiki kualitas foto. Jika ingin memotret di luar ruangan (outdoor)
disarankan pagi hari dibawah pukul 09.00 atau sore hari diatas pukul 16.00.
Cobalah memotret ketika warna langit keemasan, warna ini biasanya muncul
sebelum sunset tiba. Warna langit keemasan ini oleh para fotografer sering
disebut dengan istilah “magic hours”.
-
Over Exposure
Yang dimaksud over exposure
adalah pencahayaan yang berlebih. Penyebab kelebihan pencahayaan ini adalah
pengaturan aperture dengan shutter speed tidak sesuai. Jika dilihat
digaris matering, posisi jarum matering berada
di areal plus (+). Akibat dari kelebihan pencahayaan, foto yang dihasilkan
tampak didominasi warna putih/terang. Ada
yang menyebut kelebihan pencahayaan ini dengan istilah harz. Over exposure juga bias disebabkan oleh sambaran lampu kilat
yang terlalu kuat. Hal ini bias terjadi jika jarak antara objek dengan lampu
kilat/flash terlalu dekat atau si
fotografer terlalu penuh mengatur output
flash.
-
Under Exposure
Kebalikan dari over exposure
adalah under exposure. Yang dimaksud under exposure adalah kekurangan
pencahayaan. Penyebab kekurangan pencahayaan ini sama dengan over exposure
yaitu pengaturan aperture dengan shutter speed yang tidak sesuai. Jika
dilihat pada garis matering, posisi
jarum matering berada di area minus
(-) akibatnya foto yang dihasilkan tampak gelap. Under exposure juga bias disebabkan oleh sambaran lampu kilat yang
terlalu lemah. Hal ini bias terjadi jika jarak antara objek dengan lampu kilat/flash terlalu jauh atau si pemotret
terlalu minim mengatur output flash.
-
Cahaya dari Depan Objek
Memotretlah dengan keadaan objek menghadap sinar matahari, bukan
pemotret yang menghadap sinar. Cahaya yang dating dari depan objek akan
menyinari tubuh secara merata. Wajah objek tampak jelas, jika pada sebagian
wajah objek ada sedikit bayangan (shadow),
hal ini tidak mengurangi hasil foto justru menambah nuansa foto.
-
Cahaya dari Belakang Objek
Saat memotret objek di luar ruangan (outdoor) sebaiknya menghindari pengambilan gambar yang menantang
matahari. Pemotretan dengan menantang matahari, tubuh objek akan tampak gelap.
Jika ada bagian tubuh yang terang hal itu karena ada sedikit sinar yang masuk.
Biasanya bagian tubuh yang terkena sinar adalah rambut. Jika kondisi matahari
terlalu kuat, seluruh objek tampak hitam. Hasil foto seperti ini disebut dengan
foto siluet.
-
Cahaya Pagi Hari
Memotret objek dengan memanfaatkan pencahayaan di pagi hari sangat
disarankan. Pasalnya cahaya pagi hari akan menghasilkan tonal warna yang
lembut. Hasil foto yang didapatkan relative bagus, baik objek landscape (pemandangan) maupun objek
manusia.
Tips:
Ketika memotret, tentukan waktu yang tepat. Pagi hari antara pukul
06.00-09.00 dan sore hari antara pukul 16.00-18.00 adalah waktu dengan
pencahayaan yang paling baik.
-
Cahaya Siang Hari
Memotret objek pada siang hari tidak disarankan.
Sifat pencahayaan terlalu kuat sehingga foto yang dihasilkan cenderung over exposure, meskipun pengaturan aperture dan shutter speed sudah sesuai.
-
Cahaya Sore Hari
Pemanfaatan pencahayaan pada sore hari dianjurkan dalam pemotretan.
Sifat pencahayaan pada sore hari hampir sama dengan sifat pencahayaan pada pagi hari. Jika ingin
memotret objek pada sore hari sebaiknya menunggu intensitas matahari berkurang
( sekitar pukul 16.00 ke atas).
-
Cahaya Malam Hari
Pemanfaatan cahaya pada malam hari sebenarnya memanfaatkan cahaya
yang dihasilkan oleh lampu sebagai cahaya luar. Jika kita perhatikan, sifat
pencahayaan pada malam hari sebenarnya cukup menarik. Sayang, fotografer pemula
biasanya kurang jeli memanfaatkan cahaya pada malam hari. Jika memotret pada
malam hari, fotografer pemula umumnya lebih mengandalkan tambahan lampu kilat
atau flash. Padahal jika ingin
mendapatkan cahaya malam sesuai kondisi aslinya, fotografer harus berani
menggunakan shutter speed rendah
tanpa menggunakan tambahan lampu flash. Jika shutter speed yang di dapat
sangat rendah, tidak ada cara lain selain dibantu dengan pemakaian tripod.
-
Cahaya Tambahan dari Lampu Kilat
Saat memotret objek diluar ruangan (outdoor), sering kali pemotret mendapatkan hasil bidikannya kurang
cahaya atau cenderung gelap. Hal ini bias terjadi karena melakukan pemotretan pada sore hari diatas
pukul 17.00 atau saat cuaca mendung. Selain bias disiasati dengan menurunkan
shutter speed, juga bias dengan menaikan aperture pada kamera. Namun, cara ini
mempunyai resiko ruang tajam foto (DOF,
Depth of Field) yang didapat menjadi
sempit, jika pemotret menginginkan ruang tajam yang lebih luas, bias
menggunakan tambahan lampu kilat.
- Angle
Yang dimaksud angle adalah
sudut pengambilan gambar saat memotret objek. Penentuan sudut pengambilan
gambar ini fotograferlah yang mengatur. Artinya, si fotografer harus bisa
menentukan dari sudut mana objek sebaiknya diambil/dipotret. Memotretlah dengan
komposisi dan angle yang berbeda.
Dengan begitu, fotografer dituntut untuk memiliki imajinasi dan kreatifitas
sendiri yang berbeda dengan gaya/style
fotografer lain.
-
Eye Level View Angle
Sudut pengambilan gambar ini sangat umum, yaitu pengambilan gambar
yang segaris/lurus dengan pandangan mata. Sudut pengambilan gambar ini sering
dilakukan oleh fotografer pemula. Foto yang dihasilkan dari angle ini biasa dan
kurang menarik, jika memutuskan memakai angle
ini sebaiknya objek foto adalah sesuatu yang unik dan menarik.
-
Low Angle
Yang dimaksud low angle
adalah pemotretan suatu objek yang dilakukan dengan cara mengambil gambar dari
posisi bawah. Jika kita melihat foto-foto peragaan busana, cara pengambilan
gambarnya pasti low angle, karena posisi fotografer berada di bawah panggung catwalk. Pengambilan gambar cara ini
sebenarnya sangat menarik, berkesan anggun, tinggi dan sesuatu yang megah, asal
pemotret jeli mengatur komposisinya.
-
High Angle
Pemotretan objek secara high
angle adalah kebalikan dari low angle.
Pengambilan gambar dilakukan pemotret dari posisi atas, agar objek yang dibidik
terlihat luas, lebar dan nyata objeknya. High
angle ini juga biasa dilakukan untuk memotret objek dengan ruang memotret
yang terlalu sempit.
- Lock
Fokus ( Mengunci Titik Fokus )
Adakalanya pemotret sering merasa bingung dengan foto hasil
bidikannya. Komposisi sudah OK, tetapi kualitas foto masih kurang bagus, kabur,
tidak focus. Mengapa? Karena biasanya pemotret melupakan untuk mengatur lock focus-nya, padahal ini penting
untuk menghasilkan foto dengan tingkat detail yang tinggi.
Lock focus berfungsi untuk menetapkan titik focus objek sebelum mengatur komposisi. Bagaimana caranya? Tekan
tobol rana dengan kekuatan setengah sampai kamera berbunyi “bip-bip” (pertanda objek sudah focus) dan tahan. Jika sudah
mendapatkan titik focus yang dicari, geser posisi kamera untuk mengatur
komposisi objek. Setelah pengaturan komposisi OK, tekan tombol rana dengan
kekuatan penuh hingga kamera berbunyi “cekrek”.
Selain untuk mencari titik focus dan mengatur komposisi, cara lock
focus juga bisa dimanfaatkan untuk pemotretan objek bergerak. Sebagai contoh,
kita akan memotret orang bersepeda, agar posisi orang yang sedang mengayuh
sepeda tetap terekam dengan baik (hasil foto tidak kabur) tentunya harus dicari
lock fokusnya terlebih dahulu. Untuk mencari titik focus, tentunya bukan pada
mata orang tersebut melainkan pada sesuatu bagian yang akan dilewati saat orang
tersebut mengayuh sepeda, misalnya tiang listrik atau tiang lampu. Tiang inilah
yang akan menjadi titik focus.
Untuk mengatur komposisinya, perkiraan tinggi orang tersebut saat
naik sepeda. Pengambilan gambar bergerak ini harus dilakukan dengan cermat.
Jika kita terlambat sedikit saja saat menekan tombol rana, maka momen tersebut
akan hilang. Sebaiknya saat memotret benda bergerak seperti ini menggunakan
tripod dan dengan kecepatan/shutter speed
yang cukup besar, misalnya 1/160-1/200. perlu diperhatikan, saat memotret
benda bergerak tidak cukup dalam satu kali pemotretan, butuh beberapa kali
pemotretan.